Oleh: Wandi
a.
Muhammad
sebelum kenabian
Rasullullah SAW lahir
kedunia ini dalam keadaan yatim, yaitu pada hari senin 12 Rabbiul Awal Tahun
Gajah, bertepatan dengan 20 April 571 M. Ayahnya sudah wafat tiga bulan setelah menikahi ibunya. Abdul Muthalib memberi
nama cucunya itu Muhammad, nama yang sampai pada saat itu tidak lazim dikalangan
orang arab, beliau disusui beberapa hari oleh Suwaibah sahaya Abu Lahab,
kemudian dilanjutkan penyusuannya dan pengasuhannya oleh Halimah binti Dzubaid
dari Kabilah Bani Sa’d. Kendatipun hanya beberapa hari Tzuwaibah menyusuinya,
beliau pelihara terus silaturahim dengannya, demikian pula budi baik Halimah
Sa’diyah tidak pernah dilupakan sepanjang hayatnya. Ketika berusia lima tahun,
beliau dikembalikan kepada Aminah. Akan tetapi, setahun kemudian ibu kandung
yang sangat dicintainya inipun wafat. Abdul Mutahalib melanjutkan pengasuhan
atas cucunya sampai kakek yang bijak ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung
jawab untuk mengasuh dan membesarkan Muhammad SAW selanjutnya dipikul oleh Abu
Thalib, salah seorang putra Abdul Mutahalib yang paling miskin, tetapi sangat
disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah.
Ketika Muhammad
menginjak usia 24 tahun, Abu Thalib menawarkan keponakannya itu kepada Khadijah
binti Khuwailid untuk menjajakan perdagannya ke Syiria. Abu Thalib meminta upah untuk Muhammad
dalam pekerjaan ini empat ekor unta, padahal untuk pekerjaan yang sama Khadijah
biasanya mengupah dua ekor saja. Ternyata Khadijah setuju atas penawaran itu,
karena pribadi dan Akhlaq Muhammad yang luhur sudah bukan rahasia lagi baginya
dan bagi penduduk Mekkah pada umumnya. Perjalanan ke Syiria kali ini adalah
untuk kedua kalinya, setelah beliau meminta ikut kepada Abu Thalib dalam
perjalanan khalifah dagang ke Syiria. Perjalanan ke Syiria kali ini ditemani
oleh Maisarah, salah seorang pegawai Khadijah yang amat dipercayainya.
Sikap dan tutur kata
Muhammad ketika menawarkan barang dagangan menarik calon pembeli untuk
berbelanja kepadanya, sehingga barang yang ditawarkan itu laku keras dan beliau
memperoleh untung besar. Hal ini melahirkan suka cita yang amat dalam pada diri
Khadijah, lebih-lebih ketika Maisarah menyampaiakan pujian atas keluhuran budi
pekerti Muhammad yang ia saksikan dan rasakan selama dalam perjalanannya ke
Syiria itu. Kekaguman Khadijah atas keagungan pribadi Muhammad menimbulkan
hasrat untuk menjadikan beliau sebagai pendamping hidupnya. Ia menyuruh Nafisah
pembantunya yang setia menjumpai Muhammad dan menyampaikan isi hatinya. Ketika
Muhammad menyatakan setuju dan Abu Thalib merestuinya, pinangan pun dilakukan,
selanjutnya diresmikan pernikahan mereka. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun,
sedangkan Khadijah 40 tahun.
b.
Diangkat
menjadi rasul
Pada
malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriah bertetapan dengan 6 Agustus
610 M, selagi Muhammad berhalwat di gua Hira. Jibril
menyampaikan wahyu pertama, yaitu lima ayat dari surat Al- Alaq. Setelah menerima wahyu itu Muhammad segera pulang dengan hati cemas dan badan
mengigil karena ketakutan. Beliau menceritakan kejadian yang baru saja
dialaminya di gua Hira, dan menyatakan khawatir terhadap dirinya sendiri.
Khadijah berusaha menenangkan beliau, kemudian pergi menemui Waraqah ibn
Naufal, saudara sepupunya, dan meninggalkan beliau tertidur lelap kelelahan.
Pada saat beliau tidur
lelap melepaskan lelah, turunlah surat Al- Mudatsir ayat satu sampai tujuh. Setelah menerimah wahyu yang kedua ini Muhammad bangkit lalu berkata kepada
istrinya,yang baru pulang dari rumah Waraqah, bahwa jibril telah menyampaikan
perintah Tuhan agar beliau memberi peringatan kepada umat manusia, dan mengajak
mereka supaya beribadah dan patuh hanya kepadaNya. Akan tetapi, siapa yang akan
diajak dan siapa pula yang akan mendengarkan.
c.
Mendakwakan
Islam dan Reaksi Quraisy.
Rasulullah
SAW melaksanakan tugas risalahnya selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di
Madinah. Dakwah dalam priode Mekkah ditempuh melalui tiga tahap. Tahap pertama
adalah dakwah secara diam-diam, dalam tahap ini rasulullah mengajak keluarga
yang tinggal serumah dan sahabat-sahabat terdekatnya agar meninggalkan agama
berhala dan beribadah hanya kepada Allah semata. Dalam fase ini yang pertama
menyatakan beriman adalah Khadijah, Ali ibn Abi Thalib, dan Zaid ibn Haritsah.
Dari kalangan sahabat, Abu Bakarlah yang segera menyatakan keimanannya, kemudian
diikuti Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Said ibn Abi Waqash, Thalhah ibn
Ubaidillah, Abd Rahman ibn Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abi Arqam,
Bilal ibn Rabbah dan beberapa penduduk Mekkah yang lain.
Tahap
kedua adalah dakwah semi terbuka, dalam hal ini rasulullah menyeru keluarganya
dalam lingkup yang lebih luas berdasarkan surat As-Syu’ara ayat 214.Yang menjadi sasaran utama seruan ini adalah Bani Hasyim, sesudah itu
Rasulullah memperluas jangkaun kepada seluruh penduduk Mekkah setelah turun
ayat 15 surah al- Hijr, langkah ini menandai dimulainya tahap ketiga, yaitu dak’wah secara terbuka.
Ketika
gerakan Rasullah makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan
seruannya makin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan mengecam agama
berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-memuja berhala.
Orang-orang Quraisy marah dan terkejut, mereka bangkit dan menentang dakwah
Rasulullah dengan berbagai macam cara untuk mengahalang-menghalanginya. Menurut
Syalabi, ada lima faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang da’wah
Rasulullah, yaitu: pertama, persaingan pengaruh dan kekuatan, kedua, persamaan
derajat, ketiga, takut dibangkitkan setelah mati, keempat, Taklid kepada nenek
moyang dan yang terakhir, Perniagaan patung.
d.
Hijrah
ke Yatsrib
Setelah
Baiah Aqabah Kedua, tindakan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan
musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini
Rasulullah menganjurkan para sahabatnya untuk segera pindah ke Yastrib.
Kelompok orang-orang lemah diperintahkan untuk berangkat lebih dulu, karena
mereka yang lebih banyak menderita penganiayaan dan paling sedikit memperoleh
perlindungan. Rasulullah sendiri baru meninggalkan Mekkah setelah seluruh kaum
muslimin, kecuali Ali dan keluargannya setelah Abu Bakar dan keluarganya, sudah
keluar dari Mekkah. Ketika akan berangkat, rasulullah meminta Ali untuk tidur
dikamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya, beliau berangat ke
gua Tsur, arah selatan Mekkah, ditemani oleh Abu Bakar.
e.
Pembinaan
Masyarakat dan Peletakan Dasar-dasar Kebudayaan Islam.
Pekerjaan
besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap
masyarakat Islam yang baru terbentuk. Karena masyarakat merupakan wadah dari
pengembangan kebudayaan, maka berbarengan dengan pembinaan masyarakat itu
diletakkan pula dasar-dasar kebudayaan Islam, sehingga terwujud sebuah
masyarakat Islam yang kokoh dan kuat. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan
oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang
mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan,
sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari nilai al- Qur’an dan As-Sunnah.
Lembaga
utama yang pernah dibangun Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini
adalah masjid, pertama masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi
dibangun setelah Rasulullah tiba di Yatsrib. Sebelum Islam, suku-suku Arab
biasa menyediakan suatu tempat untuk pertemuan, ditempat itu mereka
mempertontonkan sihir, menyelenggarakan upacara perkawinan, melakukan transaksi
jual beli dan kegiatan lain-lainnya. Masjid yang dibangun Rasulullah, selain
disediakan untuk tempat beribadah, juga disediakan sebagai tempat pertemuan
Rasulullah dengan para sahabatnya. Ditempat ini pula kamu muslimin melakukan
kegiatan belajar, mengadili suatu perkara, berjual beli, bermusyawarah untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan umat dan berbagai kegiatan lainnya.
Rasulullah mengajarkan banyak mengenai persoalan hidup diantaranya, Al-musawah
(persamaaan), Al-tasamuh (toleransi), Al-Tasyawur (musyawarah), Al-ta’wun
(tolong menolong), Al-adalah (keadilan).
f.
Memelihara
dan mempertahankan Masyarakat Islam
1. Rongrongan
kaum yahudi
Kaum yahudi Madinah yaitu Bani
Qainuqa, Bani Nadlir, dan Bani Quridhah sejak semula sudah mempercayai akan
datangnya nabi akhir zaman sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci mereka.
Dari mereka pula bangsa arab dikota ini menyerap kepercayaan seperti ini. Akan
tetapi ketika nabi yang ditunggu-tunggu itu datang, mereka mengingkarinya,
karena meraka menduga dan menghendaki nabi yang dijanjikan itu berasal dari
bangsa mereka.
2.
Rongrongan orang-orang munafik
Keberadaan orang munafik tidak bisa dibiarkan begitu saja
sebagai ancaman yang sangat membahayakan, pengaruh mereka memang tidak begitu
besar, namun apabila dibiarkan bisa bisa menimbulkan malapetaka yang merugikan
perjuangan umat islam. Sekalipun mereka mengaku beriman kepada Rasulullah,
namun seringkali mereka mengalang-halangi orang lain untuk masuk Islam.
3. Rongrongan
kafir Quraisy dan Sekutunya.
Sikap permusuhan orang kafir Quraisy terhadap Islam tidak
berhenti dengan kepindahan Rasulullah dan para sahabatnya ke Madinah. Atas
sikap mereka itu Allah menurunlkan ayat yang mengizinkan umat Islam mengangkat
senjata untuk membela diri karena mereka sungguh diaiaya.
g.
Haji
Wada’ dan Akhir Hayat Rasulullah
Setelah
tercipta ketenangan di seluruh jazirah Arab menyusul pengakuan keislaman dari
kabilah-kabilah Arab, Rasulullah bermaksud menunaikan ibadah haji ke Baitullah.
Pada tanggal 25 Dzul Qa’dah 10 H. beliau bersama-sama dengan sekitar 100.000
sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Mekkah.
Tepat
tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat penting, yang
ternyata merupakan pidatonya yang terakhir dihadapan khalayak yang berjumlah
amat banyak, sehingga pidato itupun dikenal dengan khutbah al-wada’I (pidato
perpisahan), beliau menyampaikan amanat dari atas panggung unta dan meminta
Rabi’ah ibn Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras setiap kalamat yang
beliau ucapkan, dan harus didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan
kepada orang-orang yang berada di tempat yang paling jauh. Pidato Rasulullah
itu amat penting, karena mengandung pesan yang amat berharga untuk pedoman
hidup manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan antar manusia maupun
hubungan manusia dengan penciptanya.
Kira-kira
tiga bulan setelah menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, Rasulullah
menderita deman beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan
beliau mengimani shalat berjamaah. Pada hari senin 12 Rabbiul Awwal 11 H.
bertepatan dengan 8 Juni 632 M. Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir
mengahadap kehadirat Allah SWT dalam usia 63 Tahun. Tidak ada harta benda yang
berarti yang ditinggalkan beliau untuk keluarganya, selain pesan-pesan amat
berharga yang kelak tetap hidup sepanjang sejarah. Pemimpin terbesar di dunia
sepanjang sejarah itu telah menyelesaikan tugasnya dan kembali kepada Tuhannya.
Beliau wafat dengan tenang di tengah-tengah pendukungnya yang sangat setia
mencintainya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepadanya, kepada
keluarga dan para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya yang setia
melaksanakan ajaran sunnahnya.
[1]Mengenai waktu kelahiran
Rasulullah SAW, baik hari, tanggal bulan maupun tahunnya terdadapat perbedaan
pendapat. Lihat Muhammad Husein Haikal, Hayatu Muhammad (Kairo: Maktabah
al-Nahl-dhilah al-Mishriyah, 1968), 108-108.
[2]Khadijah adalah seorang janda kaya
dari kalangan bangsa Quraisy yang terpandang, ia pernah dua kali bersuami tapi
tidak di karuniai keturunan.
[3]Gua Hira terletak sekitar tiga
mil disebelah utara Mekkah.
[4]Lihat Al-Qur’an:96 al-Alaq, 1-5.
[5]Haikal, Hayatu Muhammad, hlm 126.
[6]Rus’an, Lintasan Sejarah Islam, hlm 50. Menurut Ibnu Ishaq, wahyu yang
kedua ini diturunkan selang tiga tahun wahyu pertama. Lihat Muhammad Ibn Abd
Allah Draz, “Asal usul Agama Islam “ dalam Kenneth W. Morgan (ed), Islam Jalan Lurus , Terj Abdusalam dan
Khaidir Anwar, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm, 10.
[7]Lihat Al-Qur’an: 26; al-Asuara, 214.
[8]Lihat Al-Qur’an: 15;al-Hijr
0 Komentar