Oleh: Wandi
Jika
E.B. Tylor (1832-1917),
dan James George Frazer (1854-1941), mencoba menganalisis Agama melalui pemahaman
Animisme dan Magis, Ia mengatakan bahwa orang-orang terdahulu berfikir tentang
Agama melalui Anamisme dan Magis. Bahwa itulah bentuk rasional paling dasar orang-orang
terdahulu mengenai Agama.
Berbeda pula dengan cara berfikir Emile Durkheim memahami
tentang Agama dari bentuk fungsinya. Ia mengatakan bahwa Agama itu hanya untuk
menjaga identitas suatu kelompok melalui analisa sosialnya yang meneliti
struktur Agama di pedalama Australia.
Dalam pandangannya
tentang Agama. Durkheim (1858–1917), tidak membedakan mana hal yang
Supranatural dan mana yang Natural, menurutnya sama saja, masyarakat primitif,
melihat semua pristiwa, baik yang mukjizat ataupun biasa, pada dasarnya sama
saja. Menurut pengamatannya, yang benar-benar merupakan karakteristik
kepercayaan dari ritual agama bukanlah unsur supernatural, tetapi konsep tentang
yang sakral (the
sacred).
Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa pembagian dunia yang berbeda bukanlah kepada yang supernatural dan
yang natural, tetapi kepada wilayah
yang sakral dan
yang profan. Kategori yang pertama selalu dianggap superior,
sangat kuasa, terlarang dari hubungan normal, dan pantas mendapat penghormatan
tinggi. Sementara, kategori yang kedua, merupakan kebalikan yang pertama.
Menurut Durkheim,
Agama-agama modern pada suatu masyrakat bertolak dari bentuk-bentuk dasar agama
klasik/primitif yang berevolusi menjadi agama-agama modern. Melalui penelitian
mendalam dengan pendekatan sosial Durkheim menemukan sebuah elemen dasar agama
seperti Yang Sakral dan Profan, Ritual, Animisme, dan Magis. dan lain-lain,
yang pada selanjutnya ia menyimpulkan bahwa “keyakinan-keyakinan dan ritual
agama adalah ekspresi-ekspresi simbolis dari kenyataan sosial”.
Dalam arti lain
Agama berasal dari masyarakat itu sendiri, melalui ide atau rasional bahwa Tuhan
itu ada. Oleh sebab dibedakannya antara sakral dan profan atau duniawi. Dari
keyakinan dan ekspresi-ekspresi ini tadi mengukuhkan dan menyatukan masyarakat
pada suatu identitas suatu kelompok. Wallahu’alambishowab,…
0 Komentar