Oleh: Wandi
Jika Emile Durkheim
(1858-1917) mengatakan bahwa Agama itu hanya untuk menjaga identitas suatu kelompok
melalui analisa sosialnya yang meneliti struktur Agama yang ada di pedalaman
Australia. Meski berbeda zaman Clifford Geertz yang lahir (1929) mengatakan
bahwa Agama itu terbentuk melalui sistem budaya/simbol (sehingga membentuk
karakter masyarakat). Geertz mengungkapkan bahwa agama harus dilihat sebagai
suatu sistem yang mampu mengubah suatu tatanan masyarakat. Pemikiran berikut ini di kritik oleh pemikir
Islam Talal Asad.
Seperti yang menarik dari Asad adalah bangunan epistemologi
kritiknya yang menggunakan pendekatan genealogis, sebuah metode yang dicetuskan
oleh Nietsczhe dan dikembangkan oleh Focoult. Melalui metode ini, Asad
memandang setiap wacana, produk pemikiran dan berbagai polemik yang
menyertainya sebagai sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah. Pembacaan
ulang terhadap agama dan berbagai persoalan sosial ia lakukan dengan cara
mengupas tradition root-nya.
Talal Asad mengkritik pemikiran yang diungkapkan oleh Geertz. Ia menyatakan bahwa agama tidak hanya
dapat sebagai sistem simbol yang membentuk kehidupan sosial, tetapi kehidupan
sosial juga dapat mengkonstruksi agama melalui pengalaman dan pengaruh oleh
manusia sendiri. Agama sebagai budaya memang diterima begitu saja oleh
masyarakat secara turun-menurun, tetapi Asad berpendapat bahwa agama merupakan
konstruksi pihak yang berkuasa di masa lalu dengan kepentingan-kepentingan
tertentu.
Demi kepentingan tersebut, aktor yang berkuasa
merekonstruksi agama dan menanamkannya kepada masyarakat sehingga terkesan
nyata dan bertahan lama. Aktor perekonstuksi struktur sosial inilah yang tidak
dijelaskan dalam kajian Geertz mengenai agama sebagai sistem budaya
mempengaruhi kehidupan sosial. Penjelasan mengenai hal ini juga memperlihatkan
bahwa terdapat hubungan antara kehidupan sosial dengan agama, di mana kehidupan
sosial dapat mempengaruhi perubahan terhadap agama. Adanya hubungan saling
mempengaruhi antara tindakan dalam kehidupan sosial dengan agama dan sebaliknya
menjadi kritik Asad terhadap Greetz. Dengan kata lain, agama dapat mendorong
modernisasi tetapi modernisasi juga dapat mendorong perubahan pada agama.
Bahkan agama dapat mengalami sekularisasi akibat rekontruksi masyarakat sebagai
aktor-aktor dalam suatu struktur sosial.
Untuk
membuktikan tesisnya ini, dalam bukunya Genealogis of Religion, Asad
pertama-tama menggambarkan bagaimana agama muncul sebagai objek historis
modernitas. Fokus kajian Asad adalah kemunculan agama di masyarakat modern
eropa yang baginya memiliki implikasi yang mendalam dalam perkembangan wacana
agama di dunia. Dalam bagian ini, gagasan Geertz yang menyatakan bahwa Agama
adalah sistem simbol yang ditanam dalam diri manusia dan membentuk kehidupan
sosial, ditolak oleh Asad. Baginya, agama bukan semata sistem simbol yang
mengkonstruksi masyarakat, lebih dalam lagi sesungguhnya kehidupan sosial juga
mampu mengkonstruksi agama melalui pengalaman dan pengaruh yang diciptakan
manusia sendiri. Agama akan terus ada dan bertahan dalam arus dunia modern ,
karena ia sudah secara kultural tertanam dalam masyarakat. Wallahu’allam,,.
0 Komentar